JAKARTA - Hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyatakan, sebanyak 82 persen dari 2.000 responden menilai kinerja Presiden Joko Widodo selama ini masih baik.
Namun, politikus Partai Demokrat, Ramadhan Pohan menilai, persentase yang besar itu muncul sebelum Presiden Jokowi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Angka survei popularitas Jokowi 82 persen, ini tinggi sekali. Setelah saya cek, surveinya dilakukan pada 25 Oktober 2014 sampai 3 November 2014. Ini sebelum diumumkan kenaikkan BBM, saya yakin tidak sebesar itu jika surveinya setelah kenaikan harga BBM," kata Ramadhan dalam sebuah diskusi LSI di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (17/12/2014).
Ramadhan yakin jika survei kembali dilakukan, penilaian publik pada kinerja Jokowi akan merosot tajam. "Saya tahu ini tajam sekali menurunnya," ujarnya.
"Karena bagaimanapun ceritanya, Pak Jokowi bilang enggak ada kenaikan BBM adanya pengalihan subsidi, mau diotak-atik bahasanya, BBM tetap naik. Ini bukan fenomena Jokowi saja, semua presiden demikian," imbuhnya.
Apalagi, sambung Ramadhan, sebentar lagi Tarif Dasar Listrik (TDL) juga naik pada awal tahun 2015. "Kena dampak kenaikan harga BBM itu penurunan penilaiannya akan doubel digit," ujarnya.
Menurut Ramadhan, penurunan itu tak akan bisa ditolong dengan gaya blusukan Jokowi yang kerap menyita perhatian. "Ini tidak bisa dikatrol lagi dengan Pak Jokowi masuk got, naik menara, duduk di pematang sawah. Karena ini sudah menyangkut nasib rakyat," pungkasnya.
Politisi PDI Perjuangan Maruarar Sirait yang hadir dalam acara ini, hanya melontarkan tawa atas penilaian rekan kerjanya di DPR RI itu. "Enggak lah, turunnya paling dari 82 persen jadi 80 persen saja," ujar pria yang akrab disapa Ara itu.
JAKARTA - Hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyatakan, sebanyak 82 persen dari 2.000 responden menilai kinerja Presiden Joko Widodo selama ini masih baik.
Namun, politikus Partai Demokrat, Ramadhan Pohan menilai, persentase yang besar itu muncul sebelum Presiden Jokowi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Angka survei popularitas Jokowi 82 persen, ini tinggi sekali. Setelah saya cek, surveinya dilakukan pada 25 Oktober 2014 sampai 3 November 2014. Ini sebelum diumumkan kenaikkan BBM, saya yakin tidak sebesar itu jika surveinya setelah kenaikan harga BBM," kata Ramadhan dalam sebuah diskusi LSI di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (17/12/2014).
Ramadhan yakin jika survei kembali dilakukan, penilaian publik pada kinerja Jokowi akan merosot tajam. "Saya tahu ini tajam sekali menurunnya," ujarnya.
"Karena bagaimanapun ceritanya, Pak Jokowi bilang enggak ada kenaikan BBM adanya pengalihan subsidi, mau diotak-atik bahasanya, BBM tetap naik. Ini bukan fenomena Jokowi saja, semua presiden demikian," imbuhnya.
Apalagi, sambung Ramadhan, sebentar lagi Tarif Dasar Listrik (TDL) juga naik pada awal tahun 2015. "Kena dampak kenaikan harga BBM itu penurunan penilaiannya akan doubel digit," ujarnya.
Menurut Ramadhan, penurunan itu tak akan bisa ditolong dengan gaya blusukan Jokowi yang kerap menyita perhatian. "Ini tidak bisa dikatrol lagi dengan Pak Jokowi masuk got, naik menara, duduk di pematang sawah. Karena ini sudah menyangkut nasib rakyat," pungkasnya.
Politisi PDI Perjuangan Maruarar Sirait yang hadir dalam acara ini, hanya melontarkan tawa atas penilaian rekan kerjanya di DPR RI itu. "Enggak lah, turunnya paling dari 82 persen jadi 80 persen saja," ujar pria yang akrab disapa Ara itu.
0 komentar:
Posting Komentar